Sabtu, 05 Desember 2015

ELIMINASI

ELIMINASI
Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria
Sistem urinaria terdiri atas:
·       Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.
·       Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
·       Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
·       Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

1.Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.


Fungsi ginjal:
1.      Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
2.      Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3.      Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
4.      Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
5.      Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum protein.
Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.
Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri).
            Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
Lapisan Ginjal
      1)      lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
      2)      lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
        Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.
    Unit Fungsional Ginjal
n       Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.

      Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).
11.  Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
12. Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. 
13. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral.Lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
14.  Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari :
     1)      Tubulus penghubung
     2)      Tubulus kolektivus kortikal
     3)      Tubulus kloektivus medularis

Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

Peredaran Darah

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.


Persyarafan Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2.Ureter
   
Syntopi ureter
Ureter kiri
Ureter kanan
Anterior
Kolon sigmoid
a/v. colica sinistra
a/v. testicularis/ovarica
Duodenum  pars descendens
Ileum terminal
a/v. colica dextra
a/v.ileocolica
mesostenium
Posterior
M.psoas major, percabangan a.iliaca communis
Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina
  
  •  Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens
  • Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina
      Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria.

3.Vesika Urinaria (KANDUNG KEMIH)


   Tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Syntopi vesica urinaria
Vertex
Lig. umbilical medial
Infero-lateral
Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani
Superior
Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav. vesicouterina (perempuan)
Infero-posterior
Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.



4.Uretra

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa.
2 Fungsi Sstem Perkemihan
2.3.1        Membuang sisa metabolisme :                                                                  
      1. Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.
      2. Racun-racun/Toxins
      3.Obat-obat/Drugs
2.3.2        Pengaturan homeostasis :
    1.   Keseimbangan air
    2.   Elektrolit
    3.   Keseimbangan asam-basa darah
    4.   Tekanan darah
    5.   Produksi darah merah
    6.   Mengaktifkan vitamin D
    Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300 ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka akan memberikan rasa sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan sebagai berikut :
            1.   Membukanya meatus intemus
            2.   Erubahan sudut ureterovesical
            3.   Bagian atas urethra akan terisi urine
            4.   Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
            5.   Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
            6.   Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intraabdominal meningkat
            7.   Pembukaan sphincter extemus
            8.   Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus yang bekerja di bawah pengendalian secara volunteer :   
     1.    Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir   
     2.    Vesica urinaria tertarik ke atas
     3.    Urethra memanjang
     4.    Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara otomatis.


Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.

•Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan manusia •Tebal bervariasi antara ½ - 3 mm. •Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh

Lapisan Kulit


•Epidermis
•Dermis
•Jaringan subcutan.




1.Epidermis

Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :
•Stratum corneum
•Stratum lucidum
•Stratum garanulosum
•Stratum spinosum/ spongiosum
•Stratum basale
Stratum Corneum
•Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.
•Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa sisik-sisik yang sangat halus.
•Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit (korneosit) setiap hari
Stratum Lucidum
•Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
•Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada di stratum corneum.

Stratum Granulosum
•Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang dipipihkan.
•Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas epidermis.

Stratum Spinosum
•Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.
•Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengah-tengah.
 mengaktifkan sistem imunà•Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans

Stratum Basale
•Lapisan terdalam epidermis
 melanin, sel warna untuk kulit (pigmen).à•10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes
•Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.

2.Dermis

•Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
–Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
–Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
•Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.

3.Jaringan Subcutan/ Hipodermis

•Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.

Adneska Kulit

1.Kelenjar pada kulit
a. Kelenjar Sebasea
–Kelenjar sebasea, berkaitan dengan folikel rambut, ductus kelenjar sebasea akan mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan antara folikel rambut dan batang rambut
–untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak serta lentur
b. Kelenjar keringat
–Ditemukan pada kulit sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir (margo labium oris), telinga luar dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat

Kelenjar Keringat diklasifikasikan menjadi 2 :

      Kelenjar ekrin
Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke permukaan kulit. Keringat dikeluarkan dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap kenaikan suhu sekitarnya dan kenaikan suhu tubuh.
      Kelenjar apokrin
–Kelenjar apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum dan labia mayora. Kelenjar apokrin menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh dan diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan bau yang khas.

2.Rambut
–Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dari dermis dan batang rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam sebuah rongga yang dinamakan folikel rambut. Proliferasi sel-sel dalam bulbus pili menyebabkan pembentukan rambut.

–Folikel rambut akan mengalami siklus pertumbuhan dan istirahat. Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi, pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling cepat dan kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala, aksila serta alis mata. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari.

–Fase pertumbuhan (anagen) dapat berlangsung sampai selama 6 tahun untuk rambut kulit kepala, sementara fase istirahat (telogen) kurang lebih selama 4 bulan.
–Selama fase telogen, rambut akan rontok dari tubuh.

3. Kuku
–Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum corneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nailroot), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nailplate) dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 (satu) mm perminggu.

Fungsi Kulit
•Perlindungan (proteksi)
–Kulit melindungi tubuh dari segala pengaruh luar, misalnya bahan kimia, mekanis, bakteriologis dan lingkungan sekitarnya yang senantiasa berubah-ubah. Fungsi proteksi ini terutama dilakukan oleh stratum corneum, dalam hal ini juga dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis

Sensibilitas/fungsi sensori
–Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus menerus keadaan lingkungan disekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda.

•Keseimbangan air
–Stratum corneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila kulit mengalami kerusakan misalnya pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat.

•Pengaturan suhu (thermoregulator)
–Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit.

•Produksi vitamin
–Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D (kolekalsiferol).

Proses eliminasi sisa metabolisme

Urine (Air Kemih)

Sifat – sifat air kemih

- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.

- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.

- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.

- Baerat jenis 1.015 – 1.020.

- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).


Komposisi air kemih

- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air

- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin

- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat

- Pigmen (bilirubin, urobilin)

- Toksin

- Hormon


 Mekanisme Pembentukan Urine

Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

Tahap – tahap Pembentukan Urine

a. Proses filtrasi

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.

b. Proses reabsorpsi

Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan)

Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.

Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 
1. Diet dan Asupan (intake)
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
3. Gaya Hidup
4. Stres Psikologis
5. Tingkat Aktivitas
6. Tingkat Perkembangan
7. Kondisi Penyakit
8. Sosiokultural
9. Tonus Otot
10.Pembedahan
11.Pemeriksaan Diagnostik
12.Pengobatan

Proses Eliminasi Sisa Pencernaan

      Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. (Tarwoto dan Wartonah (2004) , 48). Eliminasi alvi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.

System Tubuh Yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
1. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletah diantara lambung dan usus besar. Bagian-bagian dari usus halus yaitu; duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus kosong), ileum (usus penyerapan).

2. Duodenum (usus dua belas jari)
Usus dua belas jari adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong dengan panjang antara 25-38 cm. bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus.

3. Jejunum (usus kosong)
Usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas jari dan usus penyerapan. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.

4. Ileum (usus penyerapan)
Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum dan dilanjutkan oleh usus  buntu.

5. Usus Besar
Usus besar adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dan feses. Bagian-bagian dari usus besar yaitu; kolon, rektum, dan anus.

6. Kolon
Kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.

7. Rektum
Rektum adalah organ terakhir dari usus besar. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sementara.

8. Anus
Anus atau dubur adalah sebuah bukaan dari rektum  ke lingkungan luar tubuh.

Proses Defakasi
     Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla dan sussum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur.          Selama defekasi berbagai otot lain membantu prose situ, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi, yaitu refleks defekasi intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) di dalam rektum sehingga terjadi distensi kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refleks defekasi parasintetis dimulai dari adanya proses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter internal, maka terjadilah proses defekasi saat sphincter internal berelaksasi. 
     Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lainyang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu dan usus kecil.
Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Alvi
1. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda. Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi menurun.

2. Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi. Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

3. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi. Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.

4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. 

5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering.

6. Kebiasaan atau Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air besar di tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di tempat yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.

7. Penyakit 
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit – penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.

8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.

9. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.

10. Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare.

11. Prosedur diagnostic
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.

12. Anestesi dan pembedahan
Anestesi unium dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung 24-48 jam.

13. Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisis yang normal saat melakukan defekasi. Toilet modern dirancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi otot-otot pahanya.

E. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Alvi
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Frekuensi BAB masing-masing orang berbeda. Jika kurang dari 2 kali BAB setiap minggu, maka perlu pengkajian. Penyebab:
a. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
b. Klien memproduksi diet rendah serat dalam bentuk lemak hewan
c. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga
d. Pemakaian laksatif yang berat
e. Obat penenang, opiate, antikolinergik, zat besi yang menyebabkan konstipasi
f. Pada lansia mengalami perlambatan peristaltic
g. Konstipasi juga disebabkan oleh kelainan saluran GI
h. Kondisi neurologis yang menghambat impuls saraf ke kolon
i. Penyakit organic, seperti hipokalsemia

2. Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir sehingga, tumpukan faces yang keras di rectum tidak dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan faces sampai pada kolon sigmoid.
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras dan mengendap di rectum dan tidak dapat dikeluarkan. Impaksi feses diakibatkan doleh konstipasi yang tidak diatasi. Klien yang mengalami kebingumgan, kelemahan, atau tidak sadar berisiko mengalami impaksi. Apabila feses diare keluar secara mendadak dan continue dicurigai berisiko impaksi. Kehilangan nafsu makan (anoreksia), distensi, dank ram abdomen serta nyeri di rectum dapat menyertai kondisi impaksi.
Penyebab: pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang, pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tanda: tidak BAB, anoreksia, kembung/kram, nyeri rectum.
Pengkajian dengan meraba rectum dengan hati-hati, dan harus dengan “standing order” dari dokter, karena dapat menimbulkan reflek vital (menurunkan denyut nadi) dan perform (terutama pada orang tua dengan tumor di kolom).

3. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolom merupakanfakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB. Pada diare, elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada bayi dan orang tua. Kondisi yang menyebabkan diare, antara lain :
a. Stress emosional
b. Infeksi usus
c. Alergi makanan
d. Intoleransi makanan
e. Selang pemberian makanan
f. Obat-obat zat besi dan antibiotic
g. Laksatif (jangka pendek)
h. Perubahan melalui pembedahan gastrektomi
i. Reseksi kolon

4. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spinter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental klien sadar akan kebutuhan Bab tidak sadar secara fisik. Pakaian klien basah, menyebabkan ia menjadi terisolasi. Kebutuhan dasar klien tergantung pada perawat. Klien dengan gangguan mental dan sensori tidak sadar ia telah BAB. Perawat harus mengerti dan sabar meskipun berulang-ulang kali membereskannya. Seperti diare, inkontinensia bias menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan anus, apakah kering dan bersih. 60% usila inkontinensi.

5. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distendend, merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Tapi jika berlebihan yaitu kasus penggunaan penenang anastesi umum, operasi abdominal, dan immobilisasi gas pendek. Gas menumpuk menyebabkan diafragma terdorong ke atas sehingga ekspansi paru terganggu.
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus ada: pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas meta pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. dan makanan perhasil gas seperti bawang dan kembang kol.

6. Hemoroid
Yaitu dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bias internal dan eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien, karena selama BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konstipasi.

Hormon-Hormon Terkait Eliminasi
1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
     Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
2. Mineralocorticoids: adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal.        Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat, urin, empedu   dan air liur.
3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
4. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal.
5. Gukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
6. Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin.
7. Kortikosteroid (Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)
Kortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal tetapi tidak termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut aktifitas biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

Tanda dan Gangguan Eliminasisisa Metabolisme dan Pencernaan

Retensi Urine 
      Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
      Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
Etiologi
     Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis     
     Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
     Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan tumor
    Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan patologi uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
Manifestasi Klinis 
     Urine mengalir lambat 
     Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongankandung kemih tidak efisien
     Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
     Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
     Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
Inkontinensia urine 
     Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial dan higienis penderitanya
    Merupakan ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol eksresi urin
Etiologi
    Kelainan urologik; misalnya radang, batu, tumor, divertikel.
    Kelainan neurologik; misalnya stroke, trauma pada medulla spinalis, demensia dan lain-lain.
    Lain-lain; misalnya hambatan motilitas, situasi tempat berkemih yang tidak memadai/jauh, dan sebagainya.
    Penyebab lainnya: proses penuaan (aging prosess), pembesaran kelenjar prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat narkotik.
Enuresis
    Sering terjadi pada anak-anak 
    Umumnya terjadi pada malam hari — nocturnal enuresis
    Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
Penyebab
    Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya
    Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi dari keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bagun tidur untuk kekamar mandi
    Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar.
    Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung, cekcok dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
    Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologi sistem perkemihan.
    Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan pemedas
    Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk kekamar mandi.
    Perubahan pola berkemih
Poliuria 
    Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan
    Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik
    Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.
Disuria
    Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
    Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.
Eliminasi Fekal (Bowel)
    Eliminasi bowel/ Buang Air Basar (BAB) atau disebut juga defekasi merupakan faeces normal tubuh yang penting bagi kesehatan untuk mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah yang dikeluarkan ini disebut faeces atau stool
    Defekasi adalah pengeluaran faeses dari anus dan rectum. Frekuensi defekasi tergantung individu, bervariasi dan beberapa kali per hari sampai dengan 2-3 kali per minggu. Defekasi biasanya terjadi karena adanya reflek gastro-colika.
Gangguan eliminasi fekal utama:
    Konstipasi
    Impaction
    Inkontinensia fekal
    Diare
    Hemoroid

Konstipasi
    Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Impaction
    Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir sehingga, tumpukan faces yang keras di rectum tidak dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
    Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
    Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.

Diare
    Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan fakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

Inkontinensia Fekal  
Yaitu suatu keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spinter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.
Hemoroid
      Yaitu dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bias internal dan eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal.

Menghitung Intake dan Output Gangguan Kebutuhan Eliminasi

1.Pengukuran Intake adalah suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh ( asupan ).
Intake/asupan cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah kurang lebih 2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
      
Tabel Kebutuhan Air Berdasarkan Umur dan Berat Badan :
Umur    Kebutuhan Air
    Jumlah air dalam 24 jam    ml / kg berat badan
3 hari    250 – 300    80 – 100
1 tahun    1150 – 1300    120 – 135
2 tahun    1350 – 1500    115 – 125
4 tahun    1600 – 1800    100 – 110
10 tahun    2000 – 2500    70 – 85
14 tahun    2200 – 2700    50 – 60
18 tahun    2200 – 2700    40 – 50
Dewasa    2400 - 2600    20 - 30

2.Pengukuran Output adalah suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh ( haluaran ).
Output/pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah kurang lebih 2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urien), sebanyak kurang lebih 1500 cc perhari pada orang dewasa.

 Prosedur
1.    Prosedur Tindakan
a.    Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri atas :
    Air minum

    Air dalam makanan

    Air hasil oksidasi (metabolisme)

    Cairan intravena

b.    Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri atas:
    Urine

    Kehilangan cairan tanpa disadari (insensible water liss) IWL yang terjadi melalui : Paru dan kulit

    Keringat

    Feses

    Muntah
Ø
c.    Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan menggunakan rumus:
             Keseimbangan cairan tubuh = asupan – haluaran

  Hal-hal yang perlu diperhatikan :
•    Rata-rata cairan perhari
    Air minum             : 1500 – 2500 ml

    Air dari makanan         : 750 ml

    Air hasil oksidasi (metabolisme): 200 ml

•    Rata-rata haluaran cairan perhari
    Urine                 : 1400 – 1500 ml

    IWL             

-    Paru                 : 350 - 400 ml
-    Kulit                 : 350 – 400 ml
    Keringat              : 100 ml

    Feses                 : 100 – 200 ml

•    IWL
    Dewasa                 : 15 cc/kg BB/hari

    Anak                : (30 – usia (tahun) )cc/kgBB/hari

    Jika ada kenaikan suhu        : IWL = 200 (suhu badan sekarang-

                                                            36,80 C )