ELIMINASI
Anatomi
dan Fisiologi Sistem Urinaria
Sistem urinaria
terdiri atas:
·
Ginjal,
yang mengeluarkan sekret urine.
·
Ureter,
yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
·
Kandung kencing,
yang bekerja sebagai penampung.
·
Uretra,
yang menyalurkan urine dari kandung kencing.
1.Ginjal
Ginjal adalah suatu
kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding
belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah
kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya
ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.
Fungsi ginjal:
1. Memegang
peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
2. Mempertahankan
suasana keseimbangan cairan
3. Mempertahankan
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
4. Mempertimbangkan
keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
5. Mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum protein.
Struktur ginjal
Setiap ginjal
terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari
jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks
(subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia
medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.
Garis-garis yang
terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari
ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu),
ansa henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius
(papilla vateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron,
selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah
murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada piramid renal
masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi yang disebut
glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena
renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
Lapisan Ginjal
1) lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
2) lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal
manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut
kapsula.
Unit Fungsional Ginjal
n Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul
yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus
dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus).
11. Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus
yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari
arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk
filtrasi atau penyaringan.Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan
tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat
arteri eferen.
12. Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi
proksimal.
13. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam
pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus
memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya
transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion
mineral.Lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
14. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul
yang terdiri dari :
1) Tubulus penghubung
2) Tubulus kolektivus kortikal
3) Tubulus kloektivus medularis
Peredaran Darah dan
Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2.Ureter
Syntopi ureter
|
||
Ureter kiri
|
Ureter kanan
|
|
Anterior
|
Kolon sigmoid
a/v. colica sinistra
a/v. testicularis/ovarica
|
Duodenum pars descendens
Ileum terminal
a/v. colica dextra
a/v.ileocolica
mesostenium
|
Posterior
|
M.psoas major, percabangan a.iliaca communis
|
|
Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina
|
- Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens
- Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina
3.Vesika Urinaria (KANDUNG KEMIH)
Tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Syntopi vesica urinaria
|
|
Vertex
|
Lig. umbilical medial
|
Infero-lateral
|
Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani
|
Superior
|
Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav.
vesicouterina (perempuan)
|
Infero-posterior
|
Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina
|
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri
atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga
permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi
(anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria
terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat
trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae
merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium
kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak
memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
4.Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi
sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra
pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot
sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan
bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa,
bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa
(distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika,
pars membranosa dan pars spongiosa.
2 Fungsi Sstem Perkemihan
2.3.1 Membuang sisa metabolisme :
1. Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.
2. Racun-racun/Toxins
3.Obat-obat/Drugs
2.3.2 Pengaturan homeostasis :
1. Keseimbangan air
2. Elektrolit
3. Keseimbangan asam-basa darah
4. Tekanan darah
5. Produksi darah merah
6. Mengaktifkan vitamin D
Fisiologi Sistem Perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat
lagi menampung urine tanpa meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume
urine kira-kira 300 ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai
kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan
dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia
menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan
sensoris ditunda terlalu lama, maka akan memberikan rasa sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi
musculus detrussor, maka terjadi relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi
pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa kejadian
dengan urutan sebagai berikut :
1. Membukanya meatus intemus
2. Erubahan sudut ureterovesical
3. Bagian atas urethra akan terisi urine
4. Urine bertindak sebagai iritan pada
dinding urine
5. Musculus detrussor berkontraksi lebih
kuat
6. Urine didorong ke urethra pada saat
tekanan intraabdominal meningkat
7. Pembukaan sphincter extemus
8. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria
kosong
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus
yang bekerja di bawah pengendalian secara volunteer :
1. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir
2. Vesica urinaria tertarik ke atas
3. Urethra memanjang
4. Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan
kontraksi.
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus
kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara
otomatis.
Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar
dan merupakan proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan
membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan
luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.
•Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2
dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan manusia •Tebal bervariasi antara ½
- 3 mm. •Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan
iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh
Lapisan Kulit
•Dermis
•Jaringan
subcutan.
1.Epidermis
Terdiri dari
5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :
•Stratum corneum
•Stratum lucidum
•Stratum garanulosum
•Stratum spinosum/ spongiosum
•Stratum basale
Stratum Corneum
•Lapisan paling luar terdiri dari
sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya telah
berubah menjadi keratin.
•Makin keatas makin halus dan
lama-lama terlepas dari kulit berupa sisik-sisik yang sangat halus.
•Diperkirakan, tubuh melepaskan
50-60 milyar keratinosit (korneosit) setiap hari
Stratum Lucidum
•Hanya terdapat pada kulit yang
tebal.
•Mikroskop
elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada di
stratum corneum.
Stratum Granulosum
•Terdiri dari tiga sampai empat
lapisan atau keratocytes yang dipipihkan.
•Keratocytes
ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas epidermis.
Stratum Spinosum
•Terdiri atas beberapa lapis sel
yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda, karena adanya proses
mitosis.
•Protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen dan inti terletak ditengah-tengah.
mengaktifkan sistem imunà•Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans
Stratum Basale
•Lapisan terdalam epidermis
melanin, sel warna untuk kulit (pigmen).à•10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes
•Butiran
melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.
2.Dermis
•Dermis
membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada
kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
–Lapisan
papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan jaringan fibrous
tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
–Lapisan
retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke arah
subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
•Dermis juga
tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat
serta sebasea dan akar rambut.
3.Jaringan Subcutan/ Hipodermis
•Merupakan
lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa
yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti
otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan
faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Adneska Kulit
1.Kelenjar pada kulit
a. Kelenjar Sebasea
–Kelenjar
sebasea, berkaitan dengan folikel rambut, ductus kelenjar sebasea akan
mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan antara folikel rambut dan batang
rambut
–untuk
setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan
melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak serta lentur
b. Kelenjar keringat
–Ditemukan
pada kulit sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada
telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir (margo labium
oris), telinga luar dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat
Kelenjar Keringat diklasifikasikan menjadi 2 :
Kelenjar ekrin
- Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke
permukaan kulit. Keringat dikeluarkan dari kelenjar ekrin sebagai reaksi
terhadap kenaikan suhu sekitarnya dan kenaikan suhu tubuh.
Kelenjar apokrin
–Kelenjar
apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum dan labia mayora. Kelenjar
apokrin menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar ini memproduksi keringat yang
keruh dan diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.Rambut
–Rambut
terdiri atas akar rambut yang terbentuk dari dermis dan batang rambut yang
menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam sebuah rongga yang dinamakan
folikel rambut. Proliferasi sel-sel dalam bulbus pili menyebabkan pembentukan
rambut.
–Folikel
rambut akan mengalami siklus pertumbuhan dan istirahat. Kecepatan pertumbuhan
rambut bervariasi, pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling cepat dan
kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala, aksila serta
alis mata. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari.
–Fase pertumbuhan (anagen) dapat
berlangsung sampai selama 6 tahun untuk rambut kulit kepala, sementara fase
istirahat (telogen) kurang lebih selama 4 bulan.
–Selama fase
telogen, rambut akan rontok dari tubuh.
3. Kuku
–Kuku adalah
bagian terminal lapisan tanduk (stratum corneum) yang menebal. Bagian kuku yang
terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nailroot), bagian yang terbuka di
atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nailplate)
dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku
keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 (satu) mm perminggu.
Fungsi Kulit
•Perlindungan
(proteksi)
–Kulit
melindungi tubuh dari segala pengaruh luar, misalnya bahan kimia, mekanis,
bakteriologis dan lingkungan sekitarnya yang senantiasa berubah-ubah. Fungsi
proteksi ini terutama dilakukan oleh stratum corneum, dalam hal ini juga
dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan
serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap
gangguan fisis
•Sensibilitas/fungsi
sensori
–Ujung-ujung
reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara
terus menerus keadaan lingkungan disekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit
adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan.
Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli
yang berbeda.
•Keseimbangan
air
–Stratum
corneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah
kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila kulit mengalami
kerusakan misalnya pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam jumlah yang
besar dapat hilang dengan cepat.
•Pengaturan
suhu (thermoregulator)
–Tubuh
secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan
yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit.
•Produksi
vitamin
–Kulit yang
terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk
mensintesis vitamin D (kolekalsiferol).
Proses eliminasi sisa metabolisme
Urine (Air Kemih)
Sifat – sifat air kemih
- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
- Baerat jenis 1.015 – 1.020.
- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
- Pigmen (bilirubin, urobilin)
- Toksin
- Hormon
Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 1. Diet dan Asupan (intake)
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
3. Gaya Hidup
3. Gaya Hidup
4. Stres Psikologis
5. Tingkat Aktivitas
6. Tingkat Perkembangan
7. Kondisi Penyakit
8. Sosiokultural
9. Tonus Otot
10.Pembedahan
11.Pemeriksaan Diagnostik
12.Pengobatan
Proses Eliminasi Sisa Pencernaan
Eliminasi
alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses
yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. (Tarwoto dan Wartonah (2004)
, 48). Eliminasi alvi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari
sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar
beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan
dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu
minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan
tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat
menjadi masalah yang lebih besar.
System Tubuh Yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
1. Usus Halus
Usus halus
atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletah diantara
lambung dan usus besar. Bagian-bagian dari usus halus yaitu; duodenum (usus dua
belas jari), jejunum (usus kosong), ileum (usus penyerapan).
2. Duodenum (usus dua belas jari)
Usus dua
belas jari adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong dengan panjang antara 25-38 cm. bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus.
3. Jejunum (usus kosong)
Usus kosong
adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas jari dan usus
penyerapan. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter,
1-2 meter adalah bagian usus kosong.
4. Ileum (usus penyerapan)
Usus
penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum
dan jejunum dan dilanjutkan oleh usus buntu.
5. Usus Besar
Usus besar
adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dan feses. Bagian-bagian dari usus besar yaitu; kolon, rektum, dan
anus.
6. Kolon
Kolon adalah
bagian usus antara usus buntu dan rektum.
7. Rektum
Rektum
adalah organ terakhir dari usus besar. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan feses sementara.
8. Anus
Anus atau
dubur adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh.
Proses Defakasi
Defekasi
merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat
dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla dan
sussum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus
bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi
dirangsang untuk buang air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang
diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi berbagai otot lain membantu prose situ, seperti otot dinding
perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.Secara umum,
terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi, yaitu refleks
defekasi intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi
intrinsik dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) di dalam rektum sehingga
terjadi distensi kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik,
dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter internal relaksasi,
maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refleks defekasi parasintetis
dimulai dari adanya proses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal
cord, dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum
dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter internal,
maka terjadilah proses defekasi saat sphincter internal berelaksasi.
Feses
terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat
makanan lainyang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam
mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu dan usus kecil.
Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Alvi
1. Usia
Setiap tahap
perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda. Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
lanjut kontrol defekasi menurun.
2. Diet
Diet pola
atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi. Makanan
yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke
dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
3. Asupan Cairan
Pemasukan
cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena
itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
4. Aktivitas
Aktivitas
dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot abdomen,
pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengobatan
juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif, atau
antasida yang terlalu sering.
6. Kebiasaan atau Gaya Hidup
Kebiasaan
atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada
seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air
besar di tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di
tempat yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa
penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit – penyakit
tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis
atau penyakit infeksi lainnya.
8. Nyeri
Adanya nyeri
dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti nyeri pada
kasus hemorrhoid atau episiotomy.
9. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan
pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena
dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
10. Fisiologis
Keadaan
cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan
diare.
11. Prosedur diagnostic
Klien yang
akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma
dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
12. Anestesi dan pembedahan
Anestesi
unium dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat
menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung 24-48 jam.
13. Posisi selama defekasi
Posisi
jongkok merupakan posisis yang normal saat melakukan defekasi. Toilet modern
dirancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk
duduk tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan mengeluarkan
kontraksi otot-otot pahanya.
E. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Alvi
1. Konstipasi
Konstipasi
merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai
dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan. BAB keras dapat
menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini terjadi karena faces berada di intestinal
lebih lama, sehingga banyak air diserap. Frekuensi BAB masing-masing orang
berbeda. Jika kurang dari 2 kali BAB setiap minggu, maka perlu pengkajian.
Penyebab:
a. Kebiasaan
defekasi yang tidak teratur
b. Klien
memproduksi diet rendah serat dalam bentuk lemak hewan
c. Tirah
baring yang panjang atau kurangnya olahraga
d. Pemakaian
laksatif yang berat
e. Obat
penenang, opiate, antikolinergik, zat besi yang menyebabkan konstipasi
f. Pada
lansia mengalami perlambatan peristaltic
g. Konstipasi
juga disebabkan oleh kelainan saluran GI
h. Kondisi
neurologis yang menghambat impuls saraf ke kolon
i. Penyakit
organic, seperti hipokalsemia
2. Impaction
Impaction
merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir sehingga, tumpukan faces yang
keras di rectum tidak dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan faces sampai pada
kolon sigmoid.
Impaksi
adalah kumpulan feses yang mengeras dan mengendap di rectum dan tidak dapat
dikeluarkan. Impaksi feses diakibatkan doleh konstipasi yang tidak diatasi.
Klien yang mengalami kebingumgan, kelemahan, atau tidak sadar berisiko
mengalami impaksi. Apabila feses diare keluar secara mendadak dan continue
dicurigai berisiko impaksi. Kehilangan nafsu makan (anoreksia), distensi, dank
ram abdomen serta nyeri di rectum dapat menyertai kondisi impaksi.
Penyebab:
pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang,
pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tanda: tidak
BAB, anoreksia, kembung/kram, nyeri rectum.
Pengkajian
dengan meraba rectum dengan hati-hati, dan harus dengan “standing order” dari
dokter, karena dapat menimbulkan reflek vital (menurunkan denyut nadi) dan
perform (terutama pada orang tua dengan tumor di kolom).
3. Diare
Diare
merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolom
merupakanfakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya
feces menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
Pada diare, elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada bayi dan orang tua.
Kondisi yang menyebabkan diare, antara lain :
a. Stress
emosional
b. Infeksi
usus
c. Alergi
makanan
d. Intoleransi
makanan
e. Selang
pemberian makanan
f. Obat-obat
zat besi dan antibiotic
g. Laksatif
(jangka pendek)
h. Perubahan
melalui pembedahan gastrektomi
i. Reseksi
kolon
4. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu
keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan
jumlahnya banyak.Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spinter anal, penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada
situasi tertentu secara mental klien sadar akan kebutuhan Bab tidak sadar
secara fisik. Pakaian klien basah, menyebabkan ia menjadi terisolasi. Kebutuhan
dasar klien tergantung pada perawat. Klien dengan gangguan mental dan sensori
tidak sadar ia telah BAB. Perawat harus mengerti dan sabar meskipun
berulang-ulang kali membereskannya. Seperti diare, inkontinensia bias
menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan
anus, apakah kering dan bersih. 60% usila inkontinensi.
Yaitu
menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distendend,
merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau
anus (flatus). Tapi jika berlebihan yaitu kasus penggunaan penenang anastesi
umum, operasi abdominal, dan immobilisasi gas pendek. Gas menumpuk menyebabkan
diafragma terdorong ke atas sehingga ekspansi paru terganggu.
Hal-hal yang
menyebabkan peningkatan gas di usus ada: pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas meta pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. dan makanan
perhasil gas seperti bawang dan kembang kol.
6. Hemoroid
Yaitu
dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bias internal dan eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika
dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka
klien merasa panas dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien,
karena selama BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konstipasi.
Hormon-Hormon Terkait Eliminasi
1. Hormon anti diuretic
(ADH) duktus untuk meremeabilit
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
2. Mineralocorticoids:
adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat,
urin, empedu dan air liur.
3. Hormone ovarium
(estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua
hormone dari kelenjar hipofisis.
4. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal.
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal.
5. Gukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
6. Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin.
Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin.
7. Kortikosteroid
(Glukokortikoid Dan Mineralokortikoid)
Kortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal tetapi tidak termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut aktifitas biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Kortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kortek adrenal tetapi tidak termasuk hormon seks. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut aktifitas biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Tanda dan Gangguan Eliminasisisa Metabolisme dan Pencernaan
Retensi Urine
Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun
terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner
& Suddarth).
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih
dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
Etiologi
Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis
Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil
dan tumor
Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan patologi
uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
Manifestasi Klinis
Urine mengalir lambat
Terjadi poliuria yang makin lama makin parah
karena pengosongankandung kemih tidak efisien
Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
Inkontinensia urine
Inkontinensia urin didefinisikan
sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki
tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial
dan higienis penderitanya
Merupakan ketidakmampuan otot
spinkter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol eksresi urin
Etiologi
Kelainan urologik; misalnya radang,
batu, tumor, divertikel.
Kelainan neurologik; misalnya
stroke, trauma pada medulla spinalis, demensia dan lain-lain.
Lain-lain; misalnya hambatan
motilitas, situasi tempat berkemih yang tidak memadai/jauh, dan sebagainya.
Penyebab lainnya: proses
penuaan (aging prosess), pembesaran kelenjar prostat, serta penurunan
kesadaran serta penggunaan obat narkotik.
Enuresis
Sering terjadi pada anak-anak
Umumnya terjadi pada malam hari — nocturnal enuresis
Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
Penyebab
Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya
Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi dari
keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bagun tidur
untuk kekamar mandi
Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam
jumlah besar.
Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan
dengan saudara kandung, cekcok dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai
pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk
mendidiknya.
Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologi sistem
perkemihan.
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan pemedas
Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk kekamar mandi.
Perubahan pola berkemih
Poliuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan
Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik
Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.
Disuria
Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi
perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.
Eliminasi Fekal
(Bowel)
Eliminasi bowel/ Buang Air Basar (BAB) atau
disebut juga defekasi merupakan faeces normal tubuh yang penting bagi kesehatan
untuk mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah yang dikeluarkan ini disebut
faeces atau stool
Defekasi adalah pengeluaran faeses dari anus dan
rectum. Frekuensi defekasi tergantung individu, bervariasi dan beberapa kali
per hari sampai dengan 2-3 kali per minggu. Defekasi biasanya terjadi karena
adanya reflek gastro-colika.
Gangguan
eliminasi fekal utama:
Konstipasi
Impaction
Inkontinensia fekal
Diare
Hemoroid
Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit,
yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’
keras dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini
terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air
diserap.
Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak
berakhir sehingga, tumpukan faces yang keras di rectum tidak dikeluarkan.
Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung,
tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan
konstipasi.
Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan
nyeri rektum.
Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan
feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat
cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan fakta tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien
tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
Inkontinensia Fekal
Yaitu suatu keadaan di mana tidak mampu
mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.Umumnya
disertai dengan gangguan fungsi spinter anal, penyakit neuromuskuler, trauma
spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.
Hemoroid
Yaitu dilatasi, pembengkakan vena pada dinding
rectum (bias internal dan eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras,
kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika
terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal.
Menghitung Intake dan Output Gangguan Kebutuhan Eliminasi
1.Pengukuran Intake adalah suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke
dalam tubuh ( asupan ).
Intake/asupan cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah kurang lebih 2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Intake/asupan cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah kurang lebih 2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Tabel Kebutuhan Air Berdasarkan Umur dan Berat
Badan :
Umur Kebutuhan Air
Jumlah air dalam 24 jam ml / kg berat badan
3 hari 250 – 300 80 – 100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 – 60
18 tahun 2200 – 2700 40 – 50
Dewasa 2400 - 2600 20 - 30
2.Pengukuran Output adalah suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh ( haluaran ).
Output/pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah kurang lebih 2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urien), sebanyak kurang lebih 1500 cc perhari pada orang dewasa.
Prosedur
1. Prosedur Tindakan
a. Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri atas :
Air minum
Air dalam makanan
Air hasil oksidasi (metabolisme)
Cairan intravena
b. Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri atas:
Urine
Kehilangan cairan tanpa disadari (insensible water liss) IWL yang terjadi melalui : Paru dan kulit
Keringat
Feses
MuntahØ
c. Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan menggunakan rumus:
Keseimbangan cairan tubuh = asupan – haluaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
• Rata-rata cairan perhari
Air minum : 1500 – 2500 ml
Air dari makanan : 750 ml
Air hasil oksidasi (metabolisme): 200 ml
• Rata-rata haluaran cairan perhari
Urine : 1400 – 1500 ml
IWL
- Paru : 350 - 400 ml
- Kulit : 350 – 400 ml
Keringat : 100 ml
Feses : 100 – 200 ml
• IWL
Dewasa : 15 cc/kg BB/hari
Anak : (30 – usia (tahun) )cc/kgBB/hari
Jika ada kenaikan suhu : IWL = 200 (suhu badan sekarang-
36,80 C )
Umur Kebutuhan Air
Jumlah air dalam 24 jam ml / kg berat badan
3 hari 250 – 300 80 – 100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 – 60
18 tahun 2200 – 2700 40 – 50
Dewasa 2400 - 2600 20 - 30
2.Pengukuran Output adalah suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh ( haluaran ).
Output/pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah kurang lebih 2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urien), sebanyak kurang lebih 1500 cc perhari pada orang dewasa.
Prosedur
1. Prosedur Tindakan
a. Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri atas :
Air minum
Air dalam makanan
Air hasil oksidasi (metabolisme)
Cairan intravena
b. Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri atas:
Urine
Kehilangan cairan tanpa disadari (insensible water liss) IWL yang terjadi melalui : Paru dan kulit
Keringat
Feses
MuntahØ
c. Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan menggunakan rumus:
Keseimbangan cairan tubuh = asupan – haluaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
• Rata-rata cairan perhari
Air minum : 1500 – 2500 ml
Air dari makanan : 750 ml
Air hasil oksidasi (metabolisme): 200 ml
• Rata-rata haluaran cairan perhari
Urine : 1400 – 1500 ml
IWL
- Paru : 350 - 400 ml
- Kulit : 350 – 400 ml
Keringat : 100 ml
Feses : 100 – 200 ml
• IWL
Dewasa : 15 cc/kg BB/hari
Anak : (30 – usia (tahun) )cc/kgBB/hari
Jika ada kenaikan suhu : IWL = 200 (suhu badan sekarang-
36,80 C )